Jumat, 31 Juli 2009

KAU ADA DI HATIKU..{You’re the one who held me up, Never let me fall}

"Demi waktu matahari sepenggalahan naik. Dan demi malam apabila Telah sunyi (gelap). Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. Dan Sesungguhnya hari Kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu? Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu dia memberikan petunjuk. Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu dia memberikan kecukupan" (QS. Adh-Dhuha: 1-8)

Semuanya datang beruntun bak rinai hujan dari langit. Kelemahan kembali menjadi "paranoid" yang membelenggu jiwa. Hingga nyaris tak kuasa melangkah, menggapai, bahkan untuk sekedar menatap ke depan, yang terdampar sebuah tujuan yang akan menemukan satu titik harapan. KAKU..! Tak dapat dielakkan, tangis kekanakan itu kembali menjadi teman setia di ujung malam. terlarangkah? Saat ini, hal itu menjadi rasa malu yang menghimpit saat mengingat kata 'kedewasaan'.
Pergi jauh, meninggalkan semua kenangan indah yang terangkum dalam PERSAUDARAAN. Meskipun pada akhirnya berhenti pada pilihan yang tak pernah diharapkan, namun membawa Ibroh yang akan terus menuntun perjalanan hidup ini. Tak hanya itu, langkah pergi bersama kegalauan, pertanyaan-pertanyaan yang belum mendapat jawaban, kekecewaan, dan kemarahan. Ditambah dengan kenyataan bahwa diri kembali sendiri. Apa yang terpikirkan saat diri merasa jauh dari keramaian? sepi, sunyi, tanpa teman? Membosankan, bahkan mengerikan! Lengkap, diri terasing!
Prolog jiwa yang membuat langkah ini terkatung dalam harap yang sama, seperti dulu. harus berapa lama menanti kepastian yang tak kunjung 'berani' ke depan, walau hanya untuk mewakili setengah HATI??
****

Terkadang, lingkup kebahagiaan merangkum semua kegalauan, kesedihan dan meruntuhkan dinding permasalahan yang menghalangi. Seakan diri bisa bertahan walau hanya dengan se-sirat senyum. Kekuatan menjadi pemacu diri untuk tetap tangguh dengan semua pancaroba yang memang mesti ada. Tak urung ghirah itu berada pada puncak azam yang sempurna, tak goyah. Perjuangan yang berkerikil tajam tak terhiraukan. semua utuh, menunaikan niat.
Sedikit terperosok, kaki tergelincir dalam jurang yang menganga siap menerkam. Semua berputar menjadi serpihan-serpihan ketakutan, kesedihan, kelemahan, kemarahan bahkan putus asa. Ghirah memudarkan azam yang cemerlang. Niat suci menjadi noda yang pekat! Lisan berucap lirih: Aku tak SANGGUP! Allah, inikah yang namanya PEJUANG? Sungguh, diri tertunduk malu menatap_Mu. Sampai kapan terpaku dengan rasa terasing??
Izinkan aku menelususri nyanyian qalbu yang menyatu dg tasbinya alam. Menguak rahasia agung_Mu dalam setiap bait dan lantunan KATA-KATA CINTA. Berharap menemukan CINTA yang UTUH dan ABADI. Izinkan Aku...


Inilah aku yang tak mensyukuri nikmat_Mu
inilah aku yang tak sadar menutup HATI akan kebenaran janji_MU
inilah aku yang sering 'menghujat' ketentuan_Mu
inilah aku yang sering mengabaikan kasih sayang_Mu
inilah aku yang tak sadar menepis 'rangkulan_Mu"
inilah aku yang menghilangkan kesabaran dalam perjuangan itu
inilah aku yang selalu luluh dengan kelemahan
inilah aku.....
inilah aku.....
inilah aku yang selalu KALAH....KALAH...dan KALAH...


Hanya sebatas itukah keinginan, keberanianketeguhan, kekuatan, kepercayaan, keikhlasan, kesabaran!Jika ingin menghitung jauh perjalanan, maka perjalanan itu baru akan membentuk TAPAK pertama. Sungguh, diri belum membuat suatu apapun. Tak layak rasanya jika ingin meminta 'upah'tanpa 'bekerja'??? Jauh dari semua....

Dan akhirnya, semua terjawab. HATI mengungkapkan segala keresahannya bahwa diri, belum dan bukan apa-apa, hanya pengemban amanah hidup yang harus mencari, mengkaji, membenahi diri dan mencobanya dalam setiap perjalanan hidup. Menyampaikan kata demi kata kebenaran memendarkan cahaya Agung keseluruh jagat raya ini, hingga Cahaya itu berada pada puncak kemenanganya.Semua bukanlah perkara mudah. Karena TUGAS itu akan terus bertambah seiring usia..dan diri bukanlah pejuang yang sempurna. Tapi akan selalu merintis...
"..dan Dia mendapatimu sebagai orang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan" (Q.S. Adh_Dhuha: 6-8)
Diri tidaklah sama dengan batu karang yang tetap tangguh meski ombak dan badai menerpanya. Diri hanyalah pemilik jiwa yang begitu rapuh dan pemilik hati yang mudah berbolak-balik. Tak selamanya dapat bertahan pada keIMANAN yang terjaga. akan ada FUTUR yang menggoyahkannya. Tapi, jiwa itu akan selalu memegang tali kendali_Nya:
"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu yang memberatkan punggungmu?..." (Q.S. Al-Insyirah: 1-4)dan ..."karena sesungguhnya sesudah ada kesulitan itu ada kemudahan" (Q.S. Al-Insyirah: 5-6)

 
Wahai Cinta, cukup bagiku Engkau
tak ingin lagi terpuruk dengan keguguan
Diri begitu menyadari, setiap jejak langkah
adalah anugerah...
tak ingin mengabaikannya
Sunggu! Rangkulan-MU, tak akan pernah melepaskanku
Berserah pada_Mu


Wahai Cinta, cukup bagiku Engkau
ada kerinduan yang tak terbendung dalam diri ini
mampukah aku meraihnya?
menempatkannya pada sudut hatiku yang terindah?
karena, tak ingin ia terambil oleh yang lain

Wahi Cinta, cukup bagiku Engkau
membimbing menuju jalan itu
jalan yang ditapaki para Mujahid/ah_Mu
yang melewati setiap detik waktu bersama_Mu
yang menjadi penoreh sejarah dalam kebangkitan Din_Mu yang mulia

Wahai Cinta, cukup bagiku Engkau

yang menjaga dan menilai lHATI ini
jangan berpaling dariku, walau SEKEJAP!
KAU ADA DI HATIKU.....

You gave me wings and made me fly
You touched my hand I could touch the sky
I lost my faith, you gave it back to me
You said no star was out of reach
You stood by me and I stood tall
I had your love I had it all
I’m grateful for each day you gave me
Maybe I don’t know that much
But I know this much is true
I was blessed because I was loved by you (By: Celin Dion)

>Menapak pertiga malam, {July, 31: Reach My LOVE.....}


Sabtu, 25 Juli 2009

Marhaban Syahru Shiyam: Cinta itu perjuangan, Perjuangan itu Cinta {Pada_Mu: Sang Maha Cinta}

Im_Syaza, 28 Des: Berpuasa dengan CINTA.......

Allah SWT berfirman,“Apabila seorang hamba mendekatkan diri kepadaku sejengkal, Aku mendekatinya sehasta. Apabila ia mendekatkan dirinya kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat sedepa. Apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku datang dengan berlari.”(HR Bukhari).

Semua dimulai kembali.Menjajaki peraduan 'tausyiah panjang' yg harus di kaji,direalisasikan,diperjuangakan,meskipun harus bertahan dg semua 'pertanyaan' yg memng mesti ADA.Harus bertahan...kebenaran itu menempatkan dirinya di semua putaran bumi ini.Tangan2 pejuang akan meraih dan mengangkatnya kepermukaan..Amin. BERSABARLAH...semua DEMI CINTA....:)


CINTA itu ANUGERAH.........: saat setiap sisi kepingnya terjaga oleh virus-virus kebohongan, penghianatan dan jalan yang tak ia kehendaki. karena anugerah baginya adalah saat semua jemari merangkulnya ke dalam dekap nyata akan jalan lurus yang telah ditata apik sang Pemilik. Menebarkannya pada HATI-HATI yang tulus meraihnya....tak pernah meminta, tetapi selalu MEMBERI.
{Im'_des, 28}


Semua DEMI CINTA

BILA KEKUATAN CINTA........
Dua insan begitu memikat hati
Menjadikannya tempat berlabuh paling indah
Indah tuk dikenang, indah tuk dirasa
Maka seharusnya itu tak seberapa
Tak sekuat, tak secantik, tak seindah.....
Cinta yang langit tebarkan
Tuk disemai para penduduk bumi
Hingga jadikannya cahaya paling indah
Tuk digapai, tuk dirasa, tuk dijadikan asa!

BILA KEKUATAN CINTA....
Dua insan begitu mempesona
Menjadikannya rona merah di tiap pipi pemimpi
Membuainya dalam mimpi
Hingga esok terjaga dengan bunga-bunga indah dalam mata
Maka seharusnya itu tak seberapa
Tak semenarik, tak semenggeliat....
Cinta yang ditawarkan
Para pendahulu cinta
Hingga jadikannya pengantar tidur dan pengawal hari
Tuk dihayati, tuk dijunjung, tuk disanjung..

BILA KEKUATAN CINTA.....
Dua insan begitu merindu
Menjadikannya dunia hanya milik berdua
Tiap tatapan adalah bukan ragu
Maka cukuplah ini sebagai surga dunia
Maka seharusnya itu tak seberapa
Tak se_menggetarkan, tak se_mengharukan
Cinta yang menyediakan bau tanah tuk tempat kembali
Pijakan amal terluas juga tempat menanti
Hingga jadikannya penguat hati, pengantar perjuangan
Tuk tak dijadikan sia-sia, tuk tak dijadikan beban

Rabb.......,

Bila hati ini terlampau mudah tuk terpaut cinta

Maka jadikan ia bangga

Karena azamnya tuk jadikan Engkau satu-satunya cinta

Rabb.......,
Bila hati ini terlampau mudah tuk disinggahi cinta
Maka jadikan ia bercahaya
Karena tekadnya tuk jadikan ia sebagai benda termahal
Yang dipersembahkan pemiliknya hingga ia berkata
"CINTA itu PERJUANGAN, PERJUANGAN itu CINTA"

{Source: Pluto}
(
Sudah sampai mana ya, hati ini memperjuangkan cinta?)

"Ramadhan adalah bulan pembuktian cinta.
Ketundukan adalah cinta, kebajikan adalah cinta,
derma adalah cinta, dan menata jiwa lebih dewasa adalah cinta.
Ramadhan, saatnya memberi makna istimewa pada Cinta kita"
(Anis Matta)

Perlahan langkah ini menghitung waktu menuju AGUNG nya. Harapan utuh untuk menjadi bagian dari keMULIAannya, membaur bersama kekhusyukan munajat yang tak terbilang indahnya.
sedikit ada keraguan, sampaikah pada detik-detik itu? sedang diri hanya menjalankan AMANAH HIDUP untuk perjuangan yang tak sedikit. Semoga ghiroh akan tetap utuh hingga padanya bertemu kembali.
Marhaban syharun'azim.......akan menggapaimu dengan CINTA {July, 25_tapak-tapak penuh CINTA}

Sabtu, 04 Juli 2009

Merusak Pendidikan Agama

Penulis: Adian Husaini
Source: Eko Heru Prayitno


Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural”. Itulah judul sebuah buku yang ditulis seorang dosen di salah satu Perguruan Tinggi Islam di Jawa Tengah. Dalam kata pengantarnya untuk buku ini, Direktur Pasca Sarjana UIN Jakarta, Prof. Dr. Azyumardi Azra, menyatakan, bahwa buku ini memiliki arti penting bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama. Azra mendefinisikan ‘Pendidikan Multukultural’ sebagai “pendidikan untuk/tentang keragaman kebudayaan dalam meresponi perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan.”
Buku ini penting untuk kita cermati, karena menyuguhkan satu wacana tentang Pendidikan Agama di Indonesia. Ajaibnya, buku ini bukan memberikan suatu pemahaman tentang Pendidikan Agama yang benar, tetapi justru menyuguhkan suatu pemahaman yang merusak aqidah Islam itu sendiri. Maka, seharusnya, seorang profesor kenamaan tidak sampai terjebak untuk memuji-muji buku seperti ini. Apalagi, si profesor juga dikenal sebagai pimpinan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI). Mungkin Sang Profesor tidak membaca isinya dengan teliti, atau mungkin memang dia sendiri setuju dengan isi buku tersebut.
Sebenarnya, istilah yang digunakan, yakni ”Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural”, itu sendiri sudah bermasalah. Istilah itu mengesankan, seolah-olah selama ini, umat Islam tidak mengembangkan pendidikan agama yang menghormati keragaman budaya masyarakat. Bahkan, seperti pernah kita bahas dalam sejumlah CAP, istilah dan makna ”multikulturalisme” itu sendiri – seperti dijelaskan oleh para pendukungnya -- sudah sangat bermasalah.
Tetapi, kita sangat memahami, karena paham ini sedang menjadi proyek global – yang tentu saja ada kucuran dana yang sangat besar – maka wacana multikulturalisme terus dijejalkan kepada kaum Muslim Indonesia. Badan Litbang Departemen Agama telah meluncurkan program pembinaan dai-dai multikultural dan menyebarkan buku-buku tentang multikulturalisme. Para santri dan kyai di berbagai pesantren, khususnya di Jawa Barat, juga telah dijejali paham ini oleh agen liberal, seperti International Center for Islam and Pluralism (ICIP). Berbagai seminar tentang multikulturalisme pun digelar, seolah-olah, inilah agenda penting yang harus ditelan umat Islam Indonesia saat ini. Seolah-olah, umat Islam selama ini tidak memahami keragaman budaya dan agama. Seolah-olah umat Islam selama ini tidak toleran dengan agama lain, dan sebagainya.
Kita pernah membahas apa makna ”Multikulturalisme” dalam pandangan Litbang Departemen Agama, yang merupakan hasil penelitian Litbang Depag tentang “Pemahaman Nilai-nilai Multikultural Para Da’i”. Dijelaskan, bahwa selain dapat menjadi faktor integrasi, agama juga dapat menjadi faktor dis-integrasi. Konflik antar-umat beragama dapat terjadi karena -- salah satunya -- disebabkan oleh adanya pemahaman keberagamaan masyarakat yang masih eksklusif. Pemahaman ini dapat membentuk pribadi yang antipati terhadap pemeluk agama lain. Pribadi yang selalu merasa hanya agama dan alirannya saja yang paling benar sedangkan agama dan aliran lainnya adalah salah dan dianggap sesat.
Jadi, dalam wacana multikulturalisme, klaim kebenaran (truth claim) terhadap agamanya sendiri dipandang sebagai sesuatu yang menjadi sebab terjadinya konflik antar-umat beragama. Logika selanjutnya adalah, agar umat beragama menghilangkan klaim kebenaran terhadap agamanya sendiri. Umat beragama diajak untuk mengakui kebenaran semua agama. Minimal, jangan menyalahkan agama dan kepercayaan di luar agamanya.
Tentu saja kesimpulan semacam ini sangat keliru. Sebab, setiap orang yang beragama – jika masih berpegang pada keyakinan agamanya – pasti meyakini kebenaran agamanya sendiri. Jika dia meyakini kebenaran semua agama, maka dia sejatinya sudah tidak beragama. Kita ingat jargon populer kaum Pluralis Agama, yakni ”All paths lead to the same summit” (semua jalan akan menuju puncak yang sama). Maksudnya, agama apa pun sebenarnya menuju pada Tuhan yang sama. Tokoh pluralis lain menggambarkan agama-agama laksana jari-jari sebuah roda yang semua menuju pada poros yang sama. Poros itulah, menurut dia, adalah Tuhan.
Semangat humanisme sekular tanpa diskriminasi agama inilah yang juga ditekankan dalam buku ”Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural”. Misinya adalah membangun persaudaraan universal tanpa membedakan lagi faktor agama, sebagaimana misi yang digelorakan oleh Free Masonry, Theosofie, dan sebagainya. Misalnya ditulis dalam buku ini:
”Sebagai risalah profetik, Islam pada intinya adalah seruan pada semua umat manusia, termasuk mereka para pengikut agama-agama, menuju satu cita-cita bersama kesatuan kemanusiaan (unity of mankind) tanpa membedakan ras, warna kulit, etnik, kebudayaan, dan agama... Pesan kesatuan ini secara tegas disinyalir al-Qur’an: ”Katakanlah: Wahai semua penganut agama (dan kebudayaan)! Bergegaslah menuju dialog dan perjumpaan multikultural (kalimatun sawa’) antara kami dan kami... Dengan demikian, kalimatun sawa’ bukan hanya mengakui pluralitas kehidupan. Ia adalah sebentuk manifesto dan gerakan yang mendorong kemajemukan (plurality) dan keragaman (diversity) sebagai prinsip inti kehidupan dan mengukuhkan pandangan bahwa semua kelompok multikultural diperlakukan setara (equality) dan sama martabatnya (dignity).” (hal. 45-46).

Bagi yang memahami tafsir al-Quran, pemaknaan terhadap QS 3:64 tentang kalimatun sawa’ semacam itu tentulah dan ngawur. Sebab, ayat itu sendiri sangat jelas maknanya, yakni perintah kepada Nabi Muhammad saw agar mengajak kaum Ahlul Kitab untuk kembali kepada ajaran Tauhid yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Disebutkan dalam ayat tersebut (yang artinya):
”Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuat upun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain daripada Allah.”

Jadi, QS 3:64 tersebut jelas-jelas seruan kepada tauhid, bukan kepada paham Multikulturalisme. Meskipun maknanya sudah begitu jelas, tapi para pendukung paham Multikulturalisme ini dengan sangat berani dan gegabah membuat makna sendiri. Karena menjadikan paham Multikulturalisme sebagai dasar keimanannya, maka Tauhid pun dimaknai secara keliru dan diselewengkan maknanya. Padahal, Tauhid jelas berlawanan dengan syirik. Musuh utama Tauhid adalah syirik. Karena itu, Allah sangat murka dengan tindakan syirik, dan disebut sebagai ”kezaliman yang besar” (zhulmun ’azhimun). Karena itu, di dalam al-Quran disebutkan, bahwa Allah SWT sangat murka, karena dituduh mempunyai anak (QS 19:88-91).
Tetapi, dalam paham Multikulturalisme sebagaimana dijelaskan dalam buku ini, justru keyakinan akan kebenaran agamanya sendiri dilarang:
”Klaim berlebihan tentang kebenaran absolut kelompok keagamaan sendiri, dan
klaim kesesatan kelompok-kelompok agama lain, bisa membangkitkan sentimen permusuhan antarumat beragama dan antarkelompok. Penganjur-penganjur agama yang mempunyai corak pemahaman teologi dogmatis semacam itu dapat dengan mudah membawa dan memicu konflik dan kekerasan pada level pengikut. Dan anehnya semua mengatasnamakan Tuhan.” (hal. 48)

Tidak sulit untuk menyimpulkan, bahwa sadar atau tidak, misi buku Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural ini memang jelas-jelas merusak aqidah Islam. Agar memiliki daya rusak yang tinggi, maka digunakanlah salah satu aspek strategis, yakni ”Pendidikan Agama”. Daya rusak itu tentu saja semakin tinggi dengan dukungan profesor kenamaan yang memiliki kekuasaan tinggi di Perguruan Tinggi dan organisasi cendekiawan Muslim.
Buku Pendidikan Agama jenis ini memang jelas-jelas menyebarkan ’paham syirik’ Pluralisme Agama. Sebab, buku ini membenarkan semua paham syirik yang dengan tegas telah dikecam dalam al-Quran. Ditulis, misalnya: ”Jadi, semua agama adalah sebuah totalitas sosio-kultural yang merupakan jalan-jalan yang berbeda dalam mengalami dan hidup dalam relasi dengan Yang Ilahi. Yang menyebabkan perbedaan itu adalah bukan sesuatu yang mutlak sifatnya, namun hanya faktor-faktor partikular yang berhubungan dengan sejarah dan kebudayaan.” (hal. 50).
Lebih jauh dijabarkan bahwa: ”Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural mengandaikan suatu pengajaran efektif (effective teaching) dan belajar aktif (active learning) dengan memperhatikan keragaman agama-agama siswa. Dalam hal ini, proses mengajar lebih menekankan pada bagaimana mengajarkan tentang agama (teaching about religion), bukan mengajarkan agama (teaching of religion), karena yang pertama melibatkan pendekatan kesejarahan (historical approach) dan pendekatan perbandingan (comparative approach), sedangkan yang kedua melibatkan indoktrinasi dogmatik pada siswa sehingga secara praktis ia tidak memberikan sarana yang memadai untuk menentukan palajaran/kuliah mana yang dapat diterima dan mana yang perlu ditolak.” (hal. 102).
Untuk menjalankan misi Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural tersebut, maka juga diperlukan guru-guru yang memiliki pemahaman yang sama. ”Guru penganut suatu agama yang meyakini hanya ada satu kebenaran dan satu keselamatan, tertutup kemungkinan untuk menerima validitas kepercayaan-kepercayaan alternatif dan gagal mengajarkan toleransi dan saling menghargai antar sesama penganut agama.” (hal. 103).
Jadi, jelaslah, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural memang berusaha menggerus keyakinan ekslusif tiap agama, khususnya aqidah umat Islam. Untuk itu, penulis buku yang sudah sangat populer keliberalannya ini memang tidak takut-takut untuk merusak tafsir al-Quran, sebagaimana contoh terdahulu. Sejumlah ayat al-Quran lainnya juga dia tafsirkan dengan semena-mena.
Misalnya, dengan seenak perutnya sendiri, ia mengubah makna ”taqwa” dalam QS 49:13. Kaum Muslim memahami bahwa makna ’taqwa’ adalah taat kepada perintah Allah dan menjauhi larang-larangan-Nya. Tapi, oleh penganut paham multikulturalisme, istilah ’taqwa’ diartikan sebagai ”yang paling dapat memahami dan menghargai perbedaan pendapat.” Buku Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural ini menerjemahkan ayat tersebut sebagai berikut:
”Hai manusia, sesungguhnya Kami jadikan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kalian berkelompok-kelompok dan berbangsa-bangsa, agar kalian saling memahami dan saling menghargai. Sesungguhnya orang yang paling bermartabat di sisi Allah adalah mereka yang paling dapat memahami dan menghargai perbedaan di antara kamu.” (hal. 49).

Sebagai kaum Muslim, kita diperintahkan untuk sangat berhati-hati dalam menafsirkan al-Quran. Dalam acara ”Kolokium Nasional Pemikiran Islam” di Universitas Muhammadiyah Malang, 11-13 Februari 2008, tokoh Muhammadiyah Ustad Muammal Hamidy mengingatkan, bahwa para sahabat Rasulullah saw dan para ulama ahli tafsir senantiasa sangat berhati-hati menafsirkan al-Quran.
Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. dengan tawadhu’nya pernah menyatakan: “Bumi manakah yang akan menyanggaku dan langit manakah yang akan menaungiku jika aku mengatakan sesuatu yang tidak aku ketahui tentang Kitabullah?” Ibn Katsir juga mengutip hadits Rasulullah saw: “Barangsiapa yang mengucapkan (sesuatu) tentang al-Quran berdasarkan ra’yunya atau berdasarkan apa yang tidak dipahaminya, maka bersiap-siaplah untuk menempati neraka.” (HR Tirmidzi, Abu Daud, Nasa’i). Abu Ubaid pernah juga memperingatkan: “Hati-hatilah dalam penafsiran, sebab ia merupakan pemaparan tentang Allah.”
Mencermati isi buku ini tidaklah sulit bagi kita untuk menilai, bahwa buku Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural ini memang merusak aqidah Islam dan Tafsir al-Quran. Namun, Professor sekaliber Azyumardi Azra justru memberikan pujiannya. Penulis buku ini, menurut sang Professor UIN Jakarta ini,”telah membuka pintu masa depan kajian pendidikan agama bercorak multikulturalisme di Indonesia”.
Jadi, pintu untuk merusak Pendidikan Agama di Indonesia sudah resmi dibuka! 
{Source: Eko Heru Prayitno}
Bukankah ini dilema lama yang disadari oleh kalangan akademisi, terutama, tetapi dilema yang juga tetap eksis sampai sekarang...Apa pendapat anda dan tindakan apa yang mesti kita lakukan?

Jumat, 03 Juli 2009

Waiting for Love:Pada-Mu Kubertanya Lewat setiap SUJUDku (Sawfa Arji')

"Ya Allah sesunguhnya aku memohon kepada-Mu kelezatan (kenikmatan) dalam memandang wajah-Mu yang mulia dan aku mohon kepada-Mu kerinduan untuk bertemu dengan-Mu.."( HR. Nasa'i dan Ahmad)
"Dan bertawakallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbilah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-Nya". (QS. Al-Furqan: 58)

Keagungan itu bisa dirasakan dalam setiap helaan nafas
sela jemari, menelusuri biduk hati yang bercengkrama
menyatukan diri untuk sebuah asa....

Benarkah setiap lingkup hidup ini adalah peluang?
hingga disetiap sudutnya ada kesempatan yang terukir dengan nyanyian mimpi,
.......terlalu lama menanti jawaban 

Benarkah setiap diri kita sedang mencari integritas diri,
mencari orang-orang yang bisa memahami keberadaan kita
mencari kehidupan yang mampu menopang kita
meaningless....untuk sebuah cerita
but....this is true!

Perjalanan yang terasa sangat panjang terkadang hanya
menjadi sebuah tapak sejarah yang tak berarti
pencarian yang tak tau kemana arah akan dituju

Keagungan adalah bersitan harapan 
yang memadukan rasa syukur dan dzikir bagi hamba-hamba
yang percaya bahwa hidup adalah kepastian
menuju keabadian....
tiada yang tak mungkin untuk dicapai
jika keyakinan tertanam,,,bahwa Allah akan menyertai setiap
prasangka hambaNya.

Perjalanan Malam: Sendiri menyepi

Saat-saat bercengkrama bersama tautan hati yang tiada seorang pun mampu meng-hijabnya. Menceritakan segala keinginan, kebaikan, keburukan, keresahan, kesedihan..Seandainya saja semua kalimat-kalimat itu dapat di ekspresikan oleh lisan, maka dia tak akan pernah berhenti tercurahkan. Namun sayang, lisan tak sekuat itu walapun hanya sekedar berucap lirih....Detik ini...tak ubahnya perjalanan kemarin. Pengharapan yang tak pernah henti. Membuang semua "topeng" diri yang selalu dipakai dalam kata-kata perjuangan, hingga membuat kemuliaan menjadi pudar. Pribadi yang terkadang tidak tulus, menutupi semua kebersihan HATI yang sungguh terjaga dengan kefitrahannya. Berteriak "takbir" namun jiwa diliput kecemasan dan kegalauan akan penghidupan dunia yang setiap jam, menit, detik menuntut dan menteror pemikiran dan angan. Menguntai petuah-petuah indah sebagai diri yang bernaung di jalan dakwah, namun membelakanginya dalam perjalanan yang berbeda arah, tiada pertanggungjawaban. Ironisnya....bayangan itu menjadi pengiring gerakan...

Semuanya....melebur dalam jiwa di detik ini, membuka diri untuk satu CINTA. Menghilangkan semua rasa malu, merobohkon benteng keangkuhan yang selalu di jaga saat kilaunya dunia menerangi. Mengatakan yang sejujurnya, tanpa berkilah dan menutupi kebohongan-kebohongan diri. Detik yang mengembalikan sosok yang seakan baru dilahirkan. Yang menangis tanpa berniat membendung aliran air matanya. Yang menghiba dalam gemetar dan peluh tulusnya. Yang menyatukan hati, pikiran, jiwa dan jasadnya dalam rangkaian muhasabah CINTA, seakan tak ingin menggantikan detik ini dengan detik-detik lain yang selalu membawa "topeng" itu kembali! Allahu Rabbi.......

Keheningan semakin menghantarkan diri pada peraduan TASBIH, TAHMID, TAHLIL, dan TAKBIR, yang membumi menggemparkan makhluk alam yang berarak bak awan dalam pengabdiannya kepada Sang Maha CINTA. Sungguh! ini keterpurukan, kegalauan, kekerdilan, kebinasaan, kebusukan, ke......., diri yang berharap akan terkikis bersama bait-bait pengampunan. Dinding-dinding seakan merapat ingin membagi kekuatan mengucapkan kalimat: "ALLAH Engkau dekat". Hamparan sajadah terbentang mesra menampung diri yang timpang dan mengucapkan: "ALLAH aku Cinta". Temaram cahaya menyebar ingin melukiskan sirat wajah yang membentuk telaga dan mengucapkan: "ALLAh aku ridho untuk semua hidup dan matiku...". 

Biarkan semua mengalir bak rinai hujan, mengering tak subur kembali bagai diterpa kemarau yang tak berkesudahan, karena keyakinan telah menempa diri akan tergantikan dengan taman kebahagiaan yang mengalirkan madu-madu CINTA mempermanis IMAN. Angin berbicara lewat deruannya yang memberikan kesejukan di setiap sudut pertiga malam. Guntur bergemuruh teratur disambut kilatan petir yang memancar indah. Dedaunan merunduk 'tersenyum' dibalik tetesan embun yang menitis perlahan ke bumi. Sahutan binatang malam bersahutan menyambut doa JIWA yang telah ikhlas berserah. Malam pun merangkul penuh kehangatan, membiarkan perjuangan meraih ma'rifat dalam takarrub yang berhias khauf dan roja. 

Takkan berakhir di sini. Karena setiap takbir, rukuk, dan sujud akan menjadi saksi pengabdian yang tak pernah bertepi, hingga waktu itu tiba.."Ya ayyuhannafsul muthma'innah. Irji'i ila rhadhiyatammardhiyyah. Fadkhuli fi 'ibadi, wadkhuli jannati...." (QS. Al-Fajr: 26-30)

Im' Syaza: Juni, 28_Detik-detik dalam penantian yang indah..

Pada-Mu kubertanya lewat setiap SUJUDku..

Merasakan, sudah terlalu jauh  kaki ini melangkah

memutar arah yang disinggahi di setiap pertemuannya

bertanya pada setiap aliran air yang seakan meneduhkan dalam gemericiknya

membaur dengan belantara hutan yang menyelimuti saat terik mentari

berlomba menyebarkan sengatannya..

hanya sebatas teman dialog yang berbisik

Cinta manakah yang hadir ini?

Memang, hati ini terlalu pandai menutup diri

bagaimana ia mencari di setiap sela doa

menyimpannya dalam rapatnya ruang yang terjaga

mengingatnya dalam keterpurukan

menantikannya dengan segunung keyakinan

sugesti....dan di utuhkan dengan doa

Semua berlangsung lama, seolah tak mengapa

merasa, ada keridhoan yang merangkulnya

Ghiroh itu di taburi bunga-bunga akan kekuatan azam

yang begitu meraja, tak peduli pada apapun

detik-detik kebahagiaan yang membayang 

mengalahkan semuanya

begitu indah......

Cinta manakah yang hadir ini?

Kesabaran, keikhlasan dalam penantian

tertempa dengan sendirinya

Maha suci Allah...

mendidik pribadi yang bisa memberikan manfaat untuk orang lain

hari-hari penuh pembelajaran dan ibadah yang penuh harapan

Cinta manakah yang hadir ini?

Dan pada akhirnya, doa-doa itu terkabulkan

kebahagiaan berpadu sujud syukur meruntuhkan penantian yang terasa lama

harapan akan meniti kebahagiaan kembali menggunung

tapi........., itu hanya hitungan menit

digantikan oleh kekecewaan yang membuat hati ini terbuka

akal ini kembali berpikir mengulang perjalanannya

seolah tak percaya akan mendapat jawaban tak serupa yang terlukiskan

dalam bingkai hati.....

sempat terucap: mengapa terjadi??

Cinta yang hadir ini adalah....

Perlahan,,semua mulai terjawab

Sungguh, tak bisa menebak rahasia-rahasia-Mu

yang penuh ibroh..

dihadapkan pada berbagai macam jawaban yang membuat hati tertunduk malu

karena ia menyimpan 'kekeliruan' dalam menafsirkan

mendahului ketetapan yang telah ada dengan sugesti yang berlebihan

melupakan satu sumber yang tak akan pernah tergantikan

Menyesal??

sebaliknya, BERSYUKUR...

perjalanan keliru yang membuat diri terbina akan qadha-Nya

menuai petuah indah untuk kelemahan diri yang sering menang

daripada kekuatan yang mestinya mampu menopang

mengambil kembali makna keIkhlasan, Ketulusan, dan Kesabaran

yang sempat terambil oleh keegoisan

dan....memupuk keyakinan yang semakin tertanam bahwa diri........

memang milik yang SATU

kembali merajut harapan-harapan yang dijanjikan Allah

tidak untuk yang lain

diri yang tak bisa sesempurna bunda Rabi'ah dalam menjangkau Mahabbah

tak sekuat Khadijah dalam perjuangan meneguhkan agama

tak secerdas bunda Aisyah....

Ku temukan Cinta-Mu dalam Sujudku

Wahai penilai hati, lihat batinku...

nyaris membisu karena terpaku akan keBesaran-Mu

yang tak tak dapat aku jelajahi sepenuhnya

meski ia bertebaran menyapu langit dan bumi-Mu

tertatih menuju-Mu....tak mengapa.

karena rahasia itu hanya Kau yang tau

tuntun hatiku dalam SABAR menanti cinta..

{Warna_28 Desember: Penantian penuh Anugerah}

"Allah SWT berfirman: jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah; 'cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'arasy yang agung". (QS. At-Raubah: 129)